like the flowing river

be like the flowing river.
silent in the night.
be not afraid of the dark.
if there are stars in the sky,
reflect them back.
if there are clouds in the sky,
remember, clouds, like the river, are water.
so, gladly reflect them too,
in your own tranquil depths.

~manuel bandeira

Friday, July 31, 2015

gelembung mimpi



Sangat mudah mengucapkan mimpi. Saking mudahnya sampai menjadi tidak berarti. Tapi, tanpa mimpi, apalah arti peradaban manusia? Mungkin apabila manusia terdahulu sepuluh ribu tahun lalu tidak bermimpi, kita sekarang masih berjubah kulit dan membawa batu kemana-mana. Dunia manusia dipenuhi mimpi. Kita bermimpi atau hidup di dalam mimpi orang lain atau membuat orang lain hidup di dalam mimpi kita. Mimpi itu seperti gelembung yang bisa pecah, bertambah besar, menyiut, bertambah baru, menelan atau ditelan gelembung lain. 

Saya memulai perjalanan saya dengan mimpi: ingin menjadikan Indonesia, minimal di lingkungan saya, lebih baik dengan ilmu desain saya. Saya berjuang, mencari jalan, memperkaya diri, belajar, mencari tahu, maju supaya mimpi itu tercapai. Bukan untuk menyombongkan diri, tapi saya ingin sharing mimpi. Karena dengan berbagi mimpi dengan orang-orang dekat kita, kita bisa bantu-membantu mewujudkan mimpi-mimpi teman kita. Bukan untuk saling melahap mimpi, tapi saling menumbuhkan gelembung-gelembung itu. Supaya gelembung itu sampai di ujung perjalanan hidup kita, sebelum pecah atau terlahap gelembung lain.

photo credit by Reylia Slaby
Ini yang saya rasa sangat kering di keluarga kita. Semua berjalan sendiri. Kebersamaan diartikan hanya sering bermain bareng, nongkrong di sana sini. Mimpi menjadi seperti mimpi malam hari yang hanya dirasakan satu orang dan tidak dibagi-bagikan. Mimpi menjadi tanpa arti, dilupakan saat mata terbuka dan rutinitas kembali berjalan. Kuliah hanya menjadi rutinitas siang hari selama beberapa tahun yang dijalankan tanpa rasa, tanpa hayat, tanpa mimpi. Padahal, dengan mimpilah kita bisa menghidupi hidup kita dengan jiwa penuh, tidak hambar. 

Tahun pertama sampai kedua perkuliahan saya, di samping rasa takjub, saya merasa kekecewaan yang begitu besar. Mengapa tidak ada luapan jiwa-jiwa yang bersemangat? Mengapa tidak ada letupan-letupan idealisme mahasiswa? Mengapa tidak ada mimpi? Semua terasa hambar, siang tanpa angin, malam tanpa suara. Kemanakah kapal berisi seratusan orang ini akan berlayar? Berlayar tanpa tahu kita akan mendarat dimana memang menantang. Tapi, apa iya kita bisa berlayar tanpa tahu tujuan kita berlayar apa? 

Sebagai kapal yang akan membawa awak kapalnya ke daratan dan lautan desain produk yang begitu luas, mengapa saya jarang sekali merasakan atau paling tidak mendengar diskusi-diskusi tentang dunia desain? Perbincangan sehari-hari hanya diisi perempuan, musik, mainan, tongkrongan, gosip, si A yang dijuluki X, si B yang dijuluki Y, kekonyolan si C, kebodohan si D. Sementara obrolan tentang kritik-kritik tentang desain terbaru, karakter desainer A, estetika desain ini dan itu, paham ini dan itu, selama lima tahun perkuliahan, hampir tidak ada. 

Saya pun ikut terbawa arus, hilang arah, lupa tujuan saya berlayar apa. Mungkin memang saya masih mengeksplor, tapi saat itu adalah mengeksplorasi tanpa jiwa. Berjalan seperti orang linglung. Saya bahkan tidak lagi menjadi yakin dengan mimpi saya. Sampai akhirnya saya mencoba lingkungan di luar kampus, yang penuh dengan orang-orang penuh mimpi. Orang-orang unik, bukan dari gayanya yang nyeleneh, tapi dari idealisme yang dipegang-teguh-nya. Saat itulah saya menemukan peta pelayaran saya dan GPS yang mengingatkan posisi saya. Saya menentukan arah pelayaran saya, yang saya pun tidak tahu di mana tujuan akhirnya. 

Saya pun menemukan teman-teman saya dalam perjalanan. Teman-teman yang dengan mereka saya bisa berbagi mimpi, berbagi pikiran, berbagi kapal. Dengan inilah saya semakin mantap berlayar karena ternyata saya tidak sendirian. Oleh maka itu, penting untuk berbagi mimpi. Karena tanpa berbagi mimpi, saya tidak akan menemukan teman-teman yang memiliki mimpi kurang lebih sama dengan saya dan bisa saling memotivasi dan membantu apabila yang satu kelelahan atau ragu.
Untuk adik-adik yang baru memulai, penting juga untuk tahu bahwa banyak kapal-kapal, daratan, dan lautan lain di luar sana yang tidak terhitung jumlahnya. Lebih besar, lebih luas, lebih kuat, lebih dalam, lebih tinggi, lebih dan lebih. Sebagai calon desainer produk, saingannya bukan hanya di gedung ini saja, atau dengan kampus gajah saja, atau dengan desainer lain di Bandung. Saingan kita adalah seluruh dunia. Oleh karena itu, berkenalanlah, bertemanlah, dan bekerjasamalah dengan sebanyak-banyaknya orang. Jangan sombong dengan nilai atau karya yang lebih baik dari teman-teman kalian, karena itu semua belum ada apa-apanya. Berkompetisi bukan untuk mengalahkan, tetapi untuk saling menjadikan diri kita lebih baik. Yakinlah dengan jalan yang kalian pilih, sesedikit pun teman yang ada bersama kalian. Bermimpilah dan berbagi mimpilah.
. . .
I shall be telling this with a sigh
Somewhere ages and ages hence:
Two roads diverged in a wood, and I—
I took the one less traveled by,
And that has made all the difference.

- Robert Frost

No comments:

Post a Comment