Sudah tiga hari dan ketika saya selesai mengetik ini akan
genap menjadi empat hari setelah bumi kembali di titik yang sama dalam
mengelilingi matahari untuk kesekian kalinya. Kini sudah ke dua-ribu-enam-belas
kalinya dihitung sejak Mesias lahir ke bumi. Dan tulisan
ini akan menjadi
tulisan pertama yang direkam blog ini dalam ronde yang ke-2016 ini.
Sampai selesainya tahun lalu, rasanya seperti rasa juga
sudah mati. Dua ribu lima belas memang hebat. Dramatis bisa dibilang. Tapi
dipenghujung serasa menyetir jalan yang tidak berkesudahan sampai-sampai lupa
kalau sudah sekian kilometer terlewati. Aneh juga bukankah seharusnya jalan
berliku, penuh lubang, macet, banyak hiburan, penuh pemandangan, akan sangat
berkesan? Mungkin ini dampak dari studio kelima itu yang perlu waktu dua tahun
untuk membereskannya.
Tahun lalu penuh serendipity.
Penuh ketidaksengajaan yang begitu sengajanya terjadi tanpa maksud. Studio lima
akhirnya tertembus juga dengan tiga kali percobaan. Sampai-sampai tidak terasa
akhirnya tapi tetap memuaskan. Nisa juga akhirnya selesai tugas paling
akhiratnya walaupun masih ada satu mata kuliah yang tertinggal sehingga toganya
tertunda setahun lagi. Berjuang bolak-balik Bandung-Singaparna yang
menghabiskan waktu setidaknya 5 jam sekali jalan berhari-hari berturut-turut.
Badan penuh dengan angin walau sudah 3 hari sejak terakhir ke Singaparna.
Tetapi hasilnya produk saya dan Mega mendarat juga di Glasgow, Skotlandia;
walaupun tidak menang. Dan, hey, yang paling menakjubkan adalah dari situ
Dapur, kelompok yang sudah lama ingin kami jalankan, dapat terbentuk secara
resmi juga bersama dengan Maul.
Bertemu dengan ratusan keluarga Rotaract se-Asia Pasifik
bersama dengan Nisa dan teman-teman Rotaract lain. Menambah saudara-saudara
baru di sana sini. Kini tidak perlu lagi khawatir kalau jalan-jalan ke negeri
orang. Dan saya dengan Nisa bak pasangan yang kemana-mana ngegelendot berdua
(karena kapan lagi pacaran di hotel dengan saya memakai jas dan dia gaun
cantik? Heheh).
Dan kini saya bertarung dengan rasa malas dalam delapan hari
menuju sidang saya yang terakhir. Jujur saja sejak dua bulan yang lalu saya
sudah tidak lagi fokus. Imajinasi di kepala sudah menguasai untuk gerak-gerik
sesudah sidang pamungkas itu. Jalan ke Bali, Flores, Sumba, memulai Dapur, mencari
desa, membuka warung Betutu, cari kontrakan, kawin (haha yang ini mah masih
jauh). Rasanya jalan ini terlalu landai. Ketakutan yang terbesar adalah
keterjalan saat harus melewati titik sidang. Semoga saja tidak mendadak jadi
neraka.
Bagaimanapun juga pelajaran berharga tetap terpetik. Tidak
datang ke seremonial malam natal akhirnya melepaskan saya dari bentuk fisik
semu dari perayaan natal yang hanya menjadi steroid nafsu konsumtif masyarakat
saja dengan segala hingar bingar keglamorannya. Dengan ditinggal seluruh
keluarga liburan juga akhirnya menyadarkan saya kalau saya kangen keluarga yang
jarang sekali saya temui itu. Juga dengan tahun baru yang hanya dirayakan
dengan berdoa bersama papi mami, makan es krim, dan minum bir. Nikmat yang
lebih nikmat daripada membakar uangmu untuk meledak di udara dalam sekian
detik, percayalah. Akhirnya saya belajar esensinya, sari dari inti yang di
dalam, bukan kulit daging yang di luar.
Akhirnya ini semua pada akhirnya. Tahun berganti dan masih
perlu memanaskan semangat dan motor gerak ini supaya tidak kadung dingin
setelah limat hari didiamkan. Tidak sabar menjerami sungai di bawah, memacul
gua batu menembus gunung, mengangkat diri ke puncak gunung di atas sana.
Maafkan tulisan yang semakin saja berantakan ini. Sepertinya tugas akhir ini memang pada akhirnya harus diakhiri. Semoga cepat berakhir. Mohon doanya.

No comments:
Post a Comment